Sunday, May 29, 2011

Libur di kamar ..

Setelah ikut acara pendakian Gunung Sumbing hampir 2 bulan yang lalu, aku belum sempat kemana-mana lagi. Bosan juga rasanya, eh sekarang malah meriang, pilek n bersin terus... di rumah aja ngisi blog, ada juga yg ta ikutkan kontes blog trips/adventure nya djarum, kalo pengen lihat foto2 silahkan di klik aja exotisnya klayar,  jangan lupa jempol like nya di akhir cerita nya hehe :) sapa tau bs menang , xixi..


Tuesday, May 17, 2011

Pulau Weh - Sabang

Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat laut Pulau Sumatra. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di Laut Andaman. Kota terbesar di Pulau Weh, Sabang, adalah kota yang terletak paling barat di Indonesia.


Pulau ini terkenal dengan ekosistemnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah sejauh 60 km² dari tepi pulau baik ke dalam maupun ke luar sebagai suaka alam. Hiu bermulut besar dapat ditemukan di pantai pulau ini. Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya habitat katak yang statusnya terancam, Bufo valhallae (genus Bufo). Terumbu karang di sekitar pulau diketahui sebagai habitat berbagai spesies ikan.


Pulau Weh terletak di Laut Andaman, tempat 2 kelompok kepulauan, yaitu Kepulauan Nikobar dan Kepulauan Andaman, tersebar dalam satu garis dari Sumatra sampai lempeng Burma. Laut Andaman terletak di lempeng tektonik kecil yang aktif. Sistem sesar yang kompleks dan kepulauan busur vulkanik telah terbentuk di sepanjang laut oleh pergerakan lempeng tektonik.

Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling utara dari Sumatra. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 156,3 km², tetapi memiliki banyak pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah gunung berapi fumarolik dengan tinggi 617 meter (2024 kaki).[1] Letusan terakhir gunung ini diperkirakan terjadi pada zaman Pleistosen. Sebagai akibat dari letusan ini, sebagian dari gunung ini hancur, terisi dengan laut dan terbentuklah pulau yang terpisah.

Di kedalaman sembilan meter (29,5 kaki) dekat dari kota Sabang, fumarol bawah laut muncul dari dasar laut. Kerucut vulkanik dapat ditemui di hutan. Terdapat 3 daerah solfatara: satu terletak 750 meter bagian tenggara dari puncak dan yang lainnya terletak 5 km dan 11,5 km bagian barat laut dari puncak di pantai barat teluk Lhok Perialakot.


Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh: Klah, Rubiah, Seulako, dan Rondo. Di antara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena terumbu karangnya. Rubiah menjadi tempat persinggahan warga Muslim Indonesia yang melaksanakan haji laut untuk sebelum dan setelah ke Mekkah.


Selama tahun 1997-1999, Conservation International melakukan survei terhadap terumbu karang di wilayah tersebut. Menurut survei, keanekaragaman terumbu relatif sedikit, tetapi keanekaragaman spesies ikan sangat besar. Beberapa spesies ditemukan selama survey termasuk di antaranya Pogonoperca ocellata, Chaetodon gardneri, Chaetodon xanthocephalus, Centropyge flavipectoralis, Genicanthus caudovittatus, Halichoeres cosmetus, Stethojulis albovittatus, Scarus enneacanthus, Scarus scaber dan Zebrasoma desjardinii.


Pada 13 Maret 2004, spesimen langka dan tidak biasa dari spesies hiu bermulut besar, terdampar di pantai Gapang. Hiu bermulut besar memiliki mulut besar yang khas, hidung yang sangat pendek dan lebar. Spesimen tersebut merupakan penemuan yang ke-21 (beberapa mengatakan ke-23) dari spesiesnya sejak penemuannya pada tahun 1976. Hiu jantan yang berukuran panjang 1,7 meter (5,58 kaki) dan memiliki berat 13,82 kg (30,5 pon) yang membeku dikirim ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk penelitian lebih lanjut. Sampai tahun 2006, hanya terdapat 36 penemuan hiu bermulut besar di Samudra Pasifik, Hindia, dan Atlantik.

Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 memengaruhi ekosistem di pulau tersebut. Di desa Iboih, petak tanaman bakau yang besar hancur. Puing dari daratan ditumpuk di karang-karang sekitarnya sebagai akibat tsunami. Pada tahun 2005, sekitar 14.400 bibit bakau ditanam kembali untuk menyelamatkan hutan bakau tersebut.

Selain daripada ekosistem bawah laut, pulau Weh merupakan satu-satunya habitat dari spesies katak yang terancam, bernama Bufo valhallae (genus "Bufo"). Spesies ini hanya dapat diketahui dari ilustrasi dari pulau ini. Karena penggundulan hutan di pulau Weh, populasi dari spesies tersebut tidak pasti.
sumber:wikpwdia
gambar:kaskus

Monday, May 16, 2011

Pendakian Gunung Merbabu

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan ,sedangkan kabupaten semarang di bagian utara. Gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

 
Gunung merbabu dapat di daki melalui jalur selo, kopeng maupun ngagrong. Gunung ini berdampingan dengan gunung merapi di sebelah utaranya. Selo adalah daerah pendakian yang ideal, disamping terdapat bescamp pendakian ke gunung merbabu, juga terdapat bascamp pendakian ke gunung merapi, kedua bascamp ini hanya terpisah oleh jalan yang menghubungkan kota Boyolali dengan muntilan(Magelang). Selain itu selo juga memiliki pemandangan yang bagus karena letaknya yang berada di antara gunung merapi dan merbabu. Selo berasal dari bahasa jawa yang berarti “Celah” , jadi Toponimi selo berasal karena tempat tersebut merupakan celah yang diapit oleh gunung merapi di sebelah selatan dan merbabu di sebelah utara. Nb- baca selo seperti e pada kata selalu. Karena kalau di baca e seperti pada kata edan, maka akan mempunyai arti batu.

Bascamp Selo (kecamatan selo, kab. Boyolali) dapat di tempuh dari Solo melalui kota Solo-Boyolali-Selo, perjalanan melalui angkutan umum bisa di tempuh dengan bus rute Solo-Boyolali dan diteruskan dengan mini bus jurusan Boyolali-Selo. Sedangkan dari arah jogja lebih mudah di tempuh melalui jalur Jogja-Muntilan-Selo dan dari arah Semarang dapat ditempuh melalui Semarang –Magelang-Muntilan-Selo.

Liburan semester adalah liburan paling kami nantikan pada waktu kuliah, bulan juni tahun lalu (2008) kami mempunyai target untuk bermain-main di gunung merbabu, karena semester sebelumnya telah pernah mendaki gunung merapi. Seperti biasa terdapat 2 manusia yang sulit terpisahkan dalam pendakian, yaitu saya sushi motto dan azis alias simbah. Liburan ini bertepatan dengan libur panjang akhir tahun sehingga banyak mahasiswa yang memilih pulang kampong ke daerah asal masing-masing. Akhirnya pendakian ini kami lakukan dengan 3 awak yaitu saya sendiri,bekti van sambas, dan simbah. Meskipun hanya ber-3 kami sangat antusias untuk sampai puncak merbabu secepatnya.

Terik matahari di siang hari (21 juni 08) membuat kami gerah, di dalam rumah kos saya, simbah mendatangi dengan semangat untuk mengajak berbelanja kebutuhan logistik pendakian, siang itu juga kami bertiga berbelanja kebutuhan kami, dan yang tak terlupakan adalah kopi hitam untuk menemani perjalanan kami, ya,,,kopi adalah bawaan yang selalu kami sediakan, dan kopi adalah saksi bisu kami dalam perjalanan ke puncak gunung manapun. Perjalanan kami tempuh dari solo dengan naik motor pada sore itu sekitar jam 5, yang start di kos saya di belakang kampus UNS.

TAKUT ANJING

Sesampainya di selo jam menunjukkan pukul setengah 7. Bertiga kami langsung melaju mengikuti papan penunjuk arah bascamp merbabu, melewati perkebunan warga yang sepi melalui jalan aspal rusak sekitar 10 menit, tapi lama kelamaan tak kunjung terdapat pemukiman yang biasa terdapat di lereng gunung yang biasa di jadikan tempat bascamp. Kami bertiga berhenti di jalan sempit di tengah ladang warga. Di tengah jalan yang sempit dan di tempat curam membuat kami sulit memutar sepeda motor kami untuk berbelok arah, karena arah yang kami tuju ternyata buntu oleh longsoran. Dengan kesusahan kami memutar sepeda motor, terdengar sayup-sayup gonggongan anjing yang lambat laun semakin dekat dengan kami. Kami pun semakin grogi dan berteriak-teriak karena si anjing ini menggonggong dan mendekat kami. Akhirnya dengan segala ketakutan dengan anjing kami berhasil memutar motor kami dan langsung menggeber motor kami ke bawah.

Akhirnya kami kembali ke pusat kota selo dan mencari tahu daerah bascam yang kami cari, ternyata bascamp yang kami tuju tadi tidak dapat di akses karena terhalang oleh longsoran, cetus warga. Dan akhirnya disarankan warga untuk melalui jalan yang lainnya untuk mencari daerah tersebut.

JAM 9 DARI BASECAMP

Sesampainya di bascam kami langsung melakukan sholat isya + jama” dengan sholat magrib. Selain itu karena suhu dingin kami memesan kopi sekaligus nasi+telor untuk makan malam kami. Jam menunjukkan pukul 9.00. kami segera mempersiapkan tas kami untuk segera kami bawa dalam pendakian. Kami adalah kaum minimalis yang males ngemodal-is, ha2,,, karena malam itu juga kami mendaki hanya diterangi dengan lampu korek gas seharga 1500-,. Perjalanan sangat menyenangkan, kami bertiga mengisi perjalanan kami dengan saling bertukar cerita ketika kami masih sma dulu. Kami kurang mengetahui nama-nama tempat ang di gunakan untuk seatle peristirahatan, karena kami mendaki pertamakali di gunung itu dan tanpa guaide yang telah bermean ke gunung itu juga. Perjalanan kami susuri melewati hutan lebat yang berada di lereng bawah gunung merbabu, dan di temani oleh nyanyian anjing hutan yang menggonggong. Kesunyian di tengah hutan juga terusik ketika kami menyalip rombongan anak-anak SMA dari klaten yang sedang kelelahan, dan 2 dari mereka memilih turun karena masuk angin. Selanjutnya mereka menguntit kami berharap mendapat layanan guaide dari kami. Kami pun menyilakan mereka untuk berbareng dengan kami. Di tengah rimbunnya semak-semak yang di lalui jalan setapak terdapat alur air hujan yang mempunyai kedalaman 2 meter, alur tersebut tertutup rapi oleh rerumputan dan tumbuhan perdu, sehingga mampu menjebak kedua personel dari rombongan anak SMA tadi, keduanya terperosok masuk ke parit tersebut hingga kepala merekapun tidak terlihat dari atas karena tertutup semak. Akhirnya mereka berteriak minta tolong. Dan kemudian berhasil di angkat. Ha,,,ha…kami ber tiga sempat berbisik “”untung saja anak-anak SMA ini kita suruh duluan” sehingga bukan kami yang terperosok kedalam jurang, dan kami pun tertawa,,,(he,,,2,,,sori yo cah klaten)

MALAM HARI DI PADANG RUMPUT

Sekitar jam 02.00 dini hari kami berhasil sampai di padang rumput pertama, pemandangan sangat eksotis pada malam itu, karena berbarengan dengan bulan yang bulat sempurna menyinari kesunyian padang rumput yang sedikit terganggu oleh desiran angin malam. Kami berpencar dengan rombongan anak SMA tadi, mereka memilih untuk sampai di padang rumput dari pada susah-susah ke puncak. Beristirahat dan menggelar matras adalah pilihan kami untuk menikmati malam terang bulan di padang rumput, untuk menghangatkan suasana malam, sebungkus kopi, gula siap kami racik menjadi minuman kopi yang kami sukai. Malam itu kami tidak membawa gas dan kompor, sehingga kami butuh bantuan kayu-kayu kering untuk membuat api, sekaligus membuat perapian untuk menghangatkan badan juga untuk membikin kopi.


Rembulan malam juga membantu menemai kami mengusir kesunyian, sedangkan di arah selatan terlihat sorotan-sorotan cahaya kecil yang merupakan lampu senter para pendaki gunung merapi.apabila suasana tidak berkabut sinar senter pendaki gunung merapi dapat terlihat dari gunung merbabu, begitupun sebaliknya apabila kita mendaki gunung merapi, maka senter pendaki gunung merbabu akan juga tampak. Hal ini terjadi karena jarak gunung merbabu-merapi sangat dekat dan jalur pendakiannya pun bersejajar. Kejadian ini juga dapat terlihat ketika kita mendaki gunung Sindoro maupun gunung Sumbing, karakter letak maupun jalur pendakian yang bersebelahan.


Simbah duduk di samping tas-tas kami yang kami letakkan di tanah sambil mempersiapkan piranti, sedangkan saya dan bekti mencari ranting-ranting kering di sekitar padang rumput yang mempunyai ketinggian sekitar 2400 m dpl. Kayu agak sulit kami temukan, hanya rumput-rumput yang lebat yang memenuhi tempat itu. Tapi untungnya masih ada beberapa gerombol pohan yang tumbuh di antara jutaan pasukan rumput yang berbaris. Satu-dua ranting kami kumpulkan tetapi ga dapat banyak untuk kebutuhan kami memasak air, tiba-tiba,,,alhamdulilah ,,,,saya bergumam dan mengatakan pada bekti, “wah bek ni pendaki kok baek banget mau ninggalin kayu yang sebanyak ini” tanpa piker panjang kmi berdua mengangkut tumpukan kayu kering tersebut.(siangnya waktu turun, ternyata kayu-kayu tersebut merupakan kayu milik warga, sempat berpapasan dengan warga yang sedang mencari kayu, sayapun bertanya, kok sampai setinggi ini buk,,nyari kayunya,,,? Padahal dalam hati kami sedikit tertawa dan mengatakan soriiiiii bu kayumu semalem tak bakar satu gendongan,,,,,,,,,,,,,,,,) kasihan juga sbenarnya tp kita bertiga tertawa terbahak-bahak ketika menjauh dari ibu pencari. Sekali lagi maafkan ..


Sesampai di tempat perapian kayu kami bakar sambil merebus air kami bercanda dan ber-foto2 di kesunyian gunung, yang sesekali terdengar riuh gugusan rumput lebat yang terbelai-belai oleh angin. Setelah beberapa waktu kopi manis dan mie kuah telah terhidang, kami benar-benar menikmati kesunyian tersebut.wah,,,,,indahnya alam ini,,,,

Tanpa terasa jam mulai menunjukkan jam 4 pagi, sehingga kami bergegas melanjutkan perjalanan ,,,,,


MENUJU LERENG PUNCAK

Beberapa saat kami melanjutkan perjalanan, di ufuk timur mulai terdapat remang-remang cahaya yang menandakan matahari mulai berusaha menyingkap lebatnya awan di timur. Di lereng gunung yang berselimut hamparan rumput yang sama sekali tidak terdapat permukaan tanah yang terlihat, semua lantai gunung berasal dari karpet rumput indah nan mewah. Sejenak kami berhenti di lembah diantara dua bukit untuk menikmati sunrise yang mulai mengintip, nan indah gunung lawu yang sedikit terlihat di sebelah timur yang mengecoh mencoba mencuri perhatian untuk menyaingi indahnya sunrise


Indahnya gunung merapi yang mempunyai dua warna, bawah hijau dan atas abu-abu yang merupakan material pasir di sertai asap belerang yang mengepul menambah cantiknya pemandangan di gunung merbabu. Pesona gunung merbabu tidak hanya itu, bunga cantik nan elok juga menghiasi jalan setapak menuju puncak, ya ,,edelweiss adalah bunga itu. Merbabu mempunyai jumlah pohon edelweiss yang paling banyak diantara gunung-gunung se-Jawa Tengah. Keindahannya mencuri perhatian kami, sehingga kami juga berhenti di hutan edelweiss yang paling besar dan rimbun se Jawa tengah, pohonnya mempunyai tinggi sekitar 3,5meter dan diameter pohon mencapai 15 cm, hal seperti ini sulit di temui di gunung-gunung jawa tengah/timur selain di merbabu.

Banyak tipuan puncak bukit di merbabu, sehingga setiap kali kami melihat puncak dan bergegas ke sana, lagi-lagi masih ada puncak yang di atasnya, tenaga kami mulai terkuras di sebelum 2bukit dari puncak, kami kelelahan dan bersandar di lereng beralaskan karpet alam dari rumput. Tanpa kami sadari kami bertiga tertidur pulas, dan terbangun ketika matahari mulai panas ketika jam 7.10. kami tertatih-tatih untuk berjalan, beberapa kali kami menoleh kebelakang mencoba mencuri indahnya pemandangan gunung merapi disela-sela langkah kami. Mendadak kedua personel sulit di giring, simbah tampak lelah, sedangkan bekti berkali-kali memegangi perutnya. Kejadian ini yang paling banyak menelan waktu. Si bekti mengeluh ingin buang hajat, karena sakit perutnya tak tertahan lagi. Diapun menoleh ke kanan kiri untuk mencari tempat,,,bla,,,bla,,,,,! Sedangkan kita berdua menertawakan bekti yang kesakitan karena ingin,,,,,,,,,***cret. Tp akhirnya g jadi juga.

PUNCAK MERBABU

Akhirnya kami sampai di titik 3.145 meter di atas permukaan air laut, susah payah kami akan segera membuat kami berbeda. Suasana cerah, bersamaan musim kemarau. Kanan-kiri menoleh tak sia-sia karena setiap sudut akan menjadi pemandangan yang indah.

Di timur terdapat gunung lawu,meskipun terlihat kecil dan separuhnya tertutup kabut pagi.Sebelah selatan terdapat gunung merapi dan kepulan asap belerangnya, pemandangan ini sangat menakjubkan, seakan-akan kita tinggal selangkah lagi dan melompat bisa sampai di gunung merapi.

Sebelah utara terdapat perbukitan kacil sekitar bukit cinta, jajaran bukit kecil tampak menawan dan sebelah barat terlihat dua gunung yang seakan sedang bercumbu, yaitu gunung sindoro dan sumbing. Di atas kami membuat rekaman parody ala kami, serta berfoto ria. Lelah letih perjalanan semalam terbayar lunas dengan indahnya pesona gunung merbabu, menurut saya pribadi nilai pemandangan rating tertinggi adalah di puncak gunung merbabu di banding gunung se-jawa tengah lannya.


Pada hari itu udara tidak terlalu dingin, sinar terik matahari menyongsong semangat kami. Tingginya kami berpijak tidak membuat kami menjadi tinggi hati, diharapkan dengan moment seperti ini kita bisa menambah syukur dan ketaqwaan kita,amin…

“”Sushi motto, aziz dan bekti akan selalu berpetualang meskipun harus cuma bertiga maupun berdua.””””

Sekedar mengingatkan khususnya buat saya pribadi dan pembaca pada umumnya, jangan lupa sholat meskipun berada dimana saja, gunung, pantai, sedang berlibur maupun kemana.Bravo….PenceClub,,,,

baca juga pendakian lainnya: Gunung LawuMerapiSemeru Slamet Sumbing    

Air Terjun Srambang

Srambang terletak di desa girimulyo, kec. Jogorago, kab. Ngawi. Desa ini berada di lereng gunung lawu sebelah timur. Terdapat obyek wisata terkenal di kabupataen ngawi, yaitu air terjun Srambang, memang air terjun ini belum terkenal seperti obyek air terjun di gunung lawu yang lainnya, semisal air terjun sarangan,Magetan maupun grojogan Sewu di tawangmangu.


Ketinggian air terjun ini hanya sekitar 40 meter, keberadaan air terjun ini baru diketemukan di tahun 1995 oleh warga sekitar, konon grojogan ini terbentuk setelah terjadi longsoran tebing.

Air terjun srambang dapat ditempuh dari kota ngawi yang berjarak 32 km kearah barat daya, via bus umum dengan jurusan ngawi-jogorogo-srambang. Selain itu juga bisa di tempuh dari kota magetan dengan jarak sekitar 35 km dengan rute megetan-panekan-kendal-jogorogo-girimulyo(srambang)


Pengunjung dapat mencapai air terjun ini dengan berjalan kaki sekitar 850 meter melewati hutan pinus dan beberapa kali menyeberangi sungai kecil yang kanan kirinya masih alami tumbuhannya, segi kebersihan masih terjaga dari sampah.

Desa girimulyo, kec.Jogorogo selain memiliki obyek air terjun juga terjapat jalur pendakian gunung lawu, bagi para penggila gunung, bisa mencoba jalur ini sebagai alternatif. Para pendaki yang mungkin sudah bosan melalui cemoro kandang maupun cemoro sewu bisa deh deh..

Telaga Warna Dieng

Kawasan Puncak Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah memiliki banyak panorama alam menakjubkan. Di antaranya Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Di seputaran dua telaga ini terdapat beberapa gua alam yang menyimpan legenda dan suasana mistis.

Telaga Warna akan menyambut para wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata ini. Disebut Telaga Warna karena memiliki keunikan tersendiri berkaitan dengan warna telaga. Terkadang berwarna hijau dan kuning, biru dan kuning, atau berwarna-warni mirip pelangi. Variasi warna ini dipengaruhi cuaca, waktu dan tempat melihatnya.
 Telaga warna

Menurut masyarakat setempat, ada suatu kisah yang menyebabkan warna danau alias telaga itu berwarna-warni. Konon, dahulu ada cincin milik bangsawan setempat yang bertuah namun terjatuh ke dasar telaga. Sementara dari kajian ilmiah, telaga ini merupakan kawah gunung berapi yang mengandung belerang. Akibatnya, bila air telaga terkena sinar matahari akan dibiaskan menjadi warna-warni yang indah.
Saat kami menuju ke sana , air telaga berwarna hijau kekuningan. Suasana yang tenang dan angin semilir membuat para wisatawan betah untuk duduk-duduk sembari menatap panorama danau berlatar belakang pegunungan itu.

Tidak jauh dari situ ada telaga yang berukuran lebih kecil. Telaga Pengilon, namanya. Airnya yang jernih seperti cermin itulah yang membuat penduduk setempat memberi nama Telaga Pengilon. Mitos penduduk menyebutkan bila danau ini bisa untuk mengetahui isi hat1 manusia. Bila ia terlihat cantik atau tampan ketika memandang air telaga ini, maka hatinya baik. Sebaliknya, ia termasuk orang berhati busuk.

Telaga Pengilon
Selain danau, ada tiga gua, batu belik dan batu tulis di kompleks wisata ini. Ada Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Pengunjung bisa langsung mengetahui nama gua itu karena ada arca Semar di depannya. Semar adalah salah satu punakawan yang dianggap paling bijaksana. Dinamai Gua Semar karena penduduk setempat percaya bila gua ini dijaga oleh Eyang Semar. Banyak orang bersemedi di gua ini, laki atau perempuan dengan tujuan menginginkan keselamatan. Di antaranya, banyak yang berstatus pejabat di negeri ini.

Goa Semar
Tidak jauh melangkah telah menunggu Gua Sumur. Di depannya ada arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini memang memiliki kolam kecil yang airnya konon bertuah. Banyak yang percaya air di Gua Sumur ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Adapula yang menggunakannya untuk upacara suci, umat Hindu dari Bali, misalnya. Mereka menggunakan air gua ini untuk upacara Muspre atau Mabakti.

Gua berikutnya, yaitu Gua Jaran. Gua Jaran atau Gua Kuda dikisahkan dulunya menjadi tempat pertapaan Resi Kendaliseto. Suatu saat ketika hujan deras, ada seekor kuda yang berteduh di dalamnya. Anehnya, ketika kuda itu keluar dari lubang itu keesokan harinya, kuda itu telah berbadan dua. Tidak diceritakan apakah kuda itu betina atau jantan. Namun, sebagian masyarakat percaya bila gua ini bisa digunakan untuk semedi para wanita yang sulit mendapatkan keturunan. Di antara tiga gua itu, Gua Jaran bisa dimasuki tanpa juru kunci. Gua Sumur dan Gua Semar bila tidak ada juru kunci biasanya dikunci untuk menjaga kesucian.

Di sebelah Gua Jaran, ada Batu Belik Cundamanik. Serupa dengan Gua Semar, banyak orang bertapa di situ dengan tujuan mencari keselamatan. Selanjutnya, ada Batu Tulis. Barang siapa ingin anaknya bisa lancar membaca dan menulis, bisa ke lokasi ini untuk berdoa.
batu tulis
Selain mitos-mitos di atas. Ada lagi mitos yang menyebutkan bila tidak ada ular di kawasan ini. Jadi, barang siapa melihat ular di kompleks Telaga Warna, ia harus was-was. Mungkin akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya. Selain itu, pengunjung disarankan untuk menjaga omongan mereka selama menjelajahi kawasan ini. Pasalnya, tempat ini termasuk disakralkan. Mitos dan legenda itu hanyalah kepercayaan masyarakat setempat. Boleh percaya atau tidak.

Bagi penulis sendiri, legenda dan mitos itu bumbu yang menarik. Pemandangan alam dan suasana telaga jauh lebih indah. Jika ingin tahu lebih banyak tentang Puncak Dieng, bisa bertandang ke Dieng Plateau Theater.
sumber artikel : http://dewipuspasari.wordpress.com
gambar: dokumentasi pribadi

Gunung Kelimutu - Danau tiga warna Kelimutu

Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.


Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.

Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.

Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh orang lio Van Such Telen, warga negara Bapak Belanda Mama Lio , tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu.

Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.

Sunday, May 15, 2011

Candi Plaosan

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.

Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak di sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di bagian utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit buatan.
Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa. Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.

Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala. Sementara itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
Berbeda dari Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul belum diketahui memiliki candi induk. Pada kompleks ini terdapat beberapa perwara berbentuk candi dan stupa. Sebagian di antara candi perwara telah dipugar.
sumber artikel: wikipedia-plaosan
gambar: dokumentasi pribadi

Tuesday, May 10, 2011

Pariwisata di Indonesia

Pariwisata di Indonesia : Salah satu sektor pemberi devisa negara yang sangat besar adalah sektor pariwisata. di masa-masa awal tahun 90-an, Wisata Indonesia sangat terkenal di Manca negara. tidak heran jika di daerah-daerah wisata kita akan sangat mudah menjumpai wisatawan manca negara. atau bahkan bukan di tempat-tempat wisata sekalipun. dan tidak dipungkiri, negara-negara lain sangat senang dan mengagumi keindahan alam Indonesia sehingga mereka betah berlama-lama dan ingin kembaliolagi ke Indonesia.

Pariwisata Indonesiaagak menurun padaakhir tahun 90-an dimana banyak terjadi goncangan disana sini,mulai dari goncangan krisis ekonomi, goncangan ketidakstabilan kemamanan dan lain sebagainya, yang membuat warga negara lain enggan dan mengurungkan niat mereka untuk berwisata ke Indonesia.bahkan tak pelak lagi pada satu waktu, beberapa negara sempat mengeluarkan Travelwarning ke Indonesia terkait isu keamanan.

Bagaimanadengan pariwisata Indonesia di Tahun 2011 ini? tamnpaknya wisata Indonesia di Tahun ini akan kembali membaik. seirng semakin diperbaikinya citra buruk yang selama ini melekat pada bangsa Indonesia, juga didukung dengan sudah dibukanya pasar perdagangan bebas untuk wilayah Asia sehingga membuat para wisatawan atau yang ingin berkunjung ke Indonesiasemakin mudah.

Selain itu pemerintah Indonesia juga menggalakkan pariwisata di Indonesia dengan program Visit Indonesia yang mereka jalankan sejak 2008, dan sudah di Iklankan ke beberapa media. semoga Indonesia menjadi negara makmur dan dapat menjaga pariwsatanya.


wisata Pulau Tidung

Thursday, May 5, 2011

Pendakian Gunung Slamet -Jalur Bambangan

Gunung Slamet yang memiliki  ketinggian 3432 mdpl merupakan Gunung tertinggi kedua di pulau Jawa Setelah Semeru. Gunungapi yang secara administrasi berada di wilayah Jawa Tengah yang meliputi lima Kabupaten [ Purbalingga, Tegal, Brebes,Banyumas, dan Pemalang] tergolong aktif dalam kegiatan vulkanismenya tidak seperti Gunungapi Lawu atau Merbabu yang terkesan tidur.
Jalur Utama untuk pendakian adalah melalui Bambangan Desa Kutabawa Kec. Karangrejo, Purbalingga. Selain jalur utama tersebut juga masih ada jalur lain yang juga cukup populer seperti via Batu Raden dan Guci. Kami memilih jalur utama Blambangan, selain karena ini yang pertama kami ke Gunung Slamet kami juga datang dari arah timur jadi lebih dekat.
Gerbang pendakian

Kami tiba di Basecamp menjelang maghrib setelah kurang lebih melakukan perjalanan selama delapan jam menggunakan sepeda motor dari Solo. Oh ya, saya belum memperkenalkan diri, nama saya azis dan teman-teman sering memanggil dengan sebutan simbah dan sahabat saya dalam pendakian ini adalah Sushi, Rohmat dan Arif. Selama masih memungkinkan kami lebih senang menggunakan kendaraan pribadi (sepeda motor tentunya, karna blom punya yg roda 4, hehe..) karena lebih flexibel dan menurut saya jauh lebih menyenangkan.
dari kiri: sushi, ajiz, rohmat, arif              
Di Basecamp kami langsung istrahat sejenak, shalat, memesan makanan dan ngobrol-ngobrol dengan pendaki lain yang baru saja turun. Kurang lebih jam delapan malam kami langsung memulai pendakian. Di awali dengan berdoa agar pendakian ini lancar dan menyenangkan kami lalu mulai menapaki jalur ini setapak demi setapak, dengan cahaya senter dan remang sinar bulan kami tau di sisi jalan adalah kebun kentang milik penduduk. Perjalanan serasa santai karena kami tidak menargetkan sunrise di puncak.
foto pagi hari saat turun
Hutan di Gunung Slamet masih lebat, pohonnya juga besar, sepertinya hutan alami bukan hutan sekundar karena reboisasi karena jarak antar pohonnya juga tidak teratur. Hampir setiap ada tempat yang datar dan agak luas kami menyempatkan istirahat sejenak, terkadang sambil menikmati perbekalan yang kami bawa. Tikus hutannya masih banyak dan tergolong nekat, roti yang kami taruh di samping tempat duduk saja masih dicuri, bahkan saat kami menyorotinya dengan senter sepertinya ia tidak takut dengan kami.
romat & arif - [jalan menuju pos terakhir]
Pada pagi hari kami memasak perbekalan yang telah kami bawa. Akhirnya tiba di pos V [atau pos 4,kami masih ragu] yang sudah berupa bangunan sehingga dapat digunakan untuk beteduh atau menginap. kami terus melakukan pendakian dan menjumpai pos lagi yang juga berupa bangunan, tidak jauh dari pos ini kita akan bertemu batas vegetasi dan menandakan puncak sudah dekat sebagaimana di Gunung Merapi atau Semeru.
pos 5 [bangunan pertama]
Memasuki medan berbatu dan berpasir membuat semangat kami makin berkobar, puncak sudah di depan mata! tapi hati-hati karena pasirnya mudah merosot dan batunya juga tidak stabil dan bisa runtuh. Pemandangan dari sini sungguh mempesona, tebing dan jurang di sebalah kanan dan kiri serta view lepas sejauh mata memandang...
Menjelang puncak
Alhamdulillah... akhirnya kami sampai di puncak, saat itu kuranglebih jam 10 siang. Kami tak menyia-nyiakan waktu di puncak, kesana-kemari untuk mengambil gambar, berbagai pose kemenangan (utk tidak menyebut narsis :p ) juga tak lupa dilakukan..

Puncak
Setelah kurang lebih tiga jam berada di puncak kami pun turun, langit juga sudah mulai tertutup mendung.. disinilah peristriwa itu bermula (lho, apa ada kejadian  tragis jg tho mas??) saat kami mulai turun, pandangan kami terhalang kabut yang lumayan tebal dan rintik hujan sudah jatuh, sepertinya akan segera turun hujan yang lebat. Kami turun mengikuti jalan, seperti yang kami lalui saat naik, namun setelah agak lama jadi serasa asing dan kami mulai menyadari itu bukan jalan yang kami lalui saat naik.
masih di area puncak                         
Dalam kabut yang masih lumayan tebal  dan sesekali terang kami mencari jalur yang asli, kami pun askhirnya menemukan. Tapi belum berakhir karena jalur tersebut terpisah oleh jurang yang lumayan dalam, kami mencoba mencari titik yang memungkinkan untuk menyeberangi jurang tersebut namun tetap saja tidak ada, bahkan sampai mendekati batas vegetasi. Setelah kami yakin tidak ada yang bisa untuk dilalui untuk menyeberang kami memutuskan kembali ke puncak dan memulai dari awal. Beruntung hujan lebat turun saat kami menjelang vegetasi, sehingga tidak terlalu lama dalam hujan sudah tiba di pos bangunan.

Di pos tersebut kami membuat kopi dan beristirahat sambil menunggu hujan reda. Jam 1 malam kami turun, langit cerah dengan bulan yang tampak jelas di langit.

 Pendakian lain:  Gunung Merapi, Semeru, Lawu, Sumbing           

Wednesday, May 4, 2011

Curug Luhur Surade

Curug sendiri dalam bahasa sunda berarti air terjun; luhur  berati tinggi, jadi Curug Lhur bisa diartikan sebagai air terjun yang tinggi. Dan sesuai dengan namanya Curug Lhur memiliki ketinggian yang cukup tinggi. Memang belum ada yang mengukur ketinggian curug ini, namun Salah satu potensi alam yang dimiliki oleh Kelurahan Surade Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi adalah terdapatnya air terjun yang oleh warga sekitar menamainya Curug Luhur.
Curug sendiri dalam bahasa sunda berarti air terjun; luhur berati tinggi, jadi Curug Lhur bisa diartikan sebagai air terjun yang tinggi. Dan sesuai dengan namanya Curug Lhur memiliki ketinggian yang cukup tinggi. Memang belum ada yang mengukur ketinggian curug ini, namun kalau diperkirakan ketinggian curug ini kurang lebih 30 m. Curug luhur sendiri memiliki tiga 'umpak' atau tingkat.

Letak Curug Luhur sendiri di Dusun Batu Suhunan RT. 14 Kelurahan Surade. Dan pada kegiatan penentuan wilayah prioritas PLPBK warga sepakat menjadikan Curug Luhur sebagai wilayah prioritas. Ini berarti bahwa program Penataan Lingkungan dan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) akan menata Curug Luhur. Dan dana untuk penataan wilayah prioritas adalah sebesar 100 juta rupiah.
Memang angka yang sangat sedikit untuk menata satu wilayah pariwisata. Namun demikian ada harapan ke depan lokasi Curug Luhur akan mendapatkan banyak peluang investasi dari berbagai pihak.

Apalagi dalam proses penentuan wilayah prioritas ini masyarakat Kelurahan Surade, terutama masyarakat sekitas Curug Luhur diajak bersama-sama dalam penentuanya. Sehingga melalui penyepakatan warga sekitar dan persetujuan dari seluruh masyarakat Kelurahan Surade. Ini berarti tidak akan ada halangan dari pihak masyarakat apabila ada investor yang akan berinvestasi di lokasi ini.

Dengan satu catatan bahwa warga sekitar Curug Luhur menginginkan pola pariwisata yang akan dikembangkan di Curug Luhur adalah Pariwisata yang Islami. Artinya sebuah lokasi pariwisata yang menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islam-an. Yang nantinya masyarakat dapat tumbuh dan berkembang melalui sektor pariwisata namun jauh dari pengrusakan ahlak dan alam sekitar.

sumber: http://www.surade.co.cc/2010/10/curug-luhur-surade.html

Tuesday, May 3, 2011

Djarum My Great Adventure Indonnesia

Iklan Djarum memang banyak yang bagus, seperti Iklan terbaru di tahun 2011 yang berjudul 'My Great Adventure Indonesia'. Dalam Iklan Ini Keindahan alam Indonesia dikemas dalam video yang sangat mengesankan. Sampai-sampai rasanya bikin kita rugi kalo g bisa mengunjungi tempat-tempat tersebut,hehe... Anda bisa mendownload atau melihat video ini langsung dari situs resmi djarum-super di http://www.djarum-super.com/super-product/jingle-tvc/.

Pendakian Gunung Sumbing - jalur Kaliangkrik

Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah gunung Slamet. Gunung dengan ketinggian 3371 meter ini berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Wonosobo, Temanggung dan Magelang. Jalur yang paling umum digunakan adalah jalur Garung wonosobo ( berdekatan dengan basecamp jalur pendakian G. Sindoro kledung).
Kawah G.Sumbing yang masih aktif
Jalur Kaliangkrik berada di wilayah Magelang kec. kaliangkrik dan basecamp nya berada di Desa Butuh. Pada pendakian ini saya gabung bersama teman-teman dari Palawa atmajaya Jogja. Kaliangkrik merupakan basecamp yang dekat dari arah timur seperti Jogja, Solo dan lainnya. Dari Kota Magelang kita bisa langsung menunju kaliangkrik, namun saat itu jembatan untuk menuju Magelang dari Jogja sedang rusak karena banjir lahar dingin sehingga harus lewat jalur alterenatif.
    Basecamp
Berangkat dari Jogja pukul 20.00, kami tiba di basecamp kurang lebih pukul  23.00,Basecamp ini merupakan rumah pak Kadus. dan memulai pendakian pukul 05.00. Awal pendakian kita akan melalui kebun penduduk, trek nya langsung menguras tenaga, terjal dan bertangga-tangga. Lumayan panjang juga disini, setelah itu kita akan memasuki hutan pinus, medannya masih tetap terjal tapi lumayan masih terlindung dari teriknya sengatan matahari oleh pohon-pohon tersebut. kenudian kita akan sampai di shelter 1, yang berupa tiang dan atap yang dapat digunakan untuk berteduh bila hujan.
Kebun- trek awal pendakian     
Shelter 1      
Pada saat kami melakukan pendakian ada beberapa sumber air yang berupa kali, saya tidak tahu apakah pada musim kemarau airnya juga masih mengalir.

Setelah trek yang terjal kita akan melalui jalur yang relatif landai, lumayan panjang juga, vegetasinya berupa rumput dan semak, jadi sinar matahari langsung mengenai tubuh kita.......

Medan akan kembali nge-trek di tandai dengan sungai terakhir sebelum puncak, disinilah kami mengisi air untuk kemah di atas. Vegetasinya masih sama seperti sebelumnya. Dari mata air sampai puncak diperlukan waktu kurang lebih dua jam dengan stamina yang sudah turun, jika masih fit mungkin bisa satu jam.
sumber air [sungai] terakhir sebelum puncak
sabana di area kawah
dari kiri: Nuri, ajiz, Ian, antie sherpa. Pengambil gambar: Mphit :)) 
Kurang lebih 10 menit sebelum Puncak kita akan menemukan jalan yang bercabang seperti huruf Y, yang ke kanan (jalan menurun) adalah ke arah kawah dan di sanalah kami berkemah karena medannya datar, view nya juga bagus. Sedangkan yang kearah kiri atau menanjak adalah ke Puncak. Kami baru ke puncak pada keesokan harinya, sore itu kami langsung ke kawah dan mendirikan tenda. 
  
Suasana di Kemah -area kawah
Untuk sekedar informasi, puncak yang kami sebutkan tadi bukan lah titik tertinggi [puncak abadi]. Gunung Sumbing memiliki beberapa puncak yang merupakan bibir dari kawah, diameter kawah gunung sumbing sengat besar, kurang lebih 800 meter.
Pemandangan dari puncak ke arah kawah

 Puncak [bersama teman-teman palawa]
Terimakasih sudah menyempatkan membaca artikel ini dan selamat ber'adventure'..

baca juga pendakian lainnya: Gunung LawuMerapiSemeru Slamet